Posted: May 25, 2022
“Keseluruhan acara dalam Temu Raya ini adalah kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang dari negara lain,” kata Jessica Mondal, koordinator Dusun Global Gerejawi (Global Church Village). “Tapi di Dusun Global Gerejawi ini kita dapat melihat, menyentuh, dan merasakan banyak hal dari budaya lain.”
Lewat pameran dan presentasi akan mengajarkan kepada kita tentang praktik budaya dan kehidupan bergereja di daerah lain. Juga lewat mendongeng akan menempatkan kejadian dalam suatu cerita yang pernah diliput media berita – atau bahkan yang terlupakan.
“Kita semua adalah bagian dari gereja global yang sama,” kata Jessica Mondal. “Mendengar dari orang lain akan memperluas wawasan kita dan membantu kita untuk memahami lebih baik.”
Panggung Dusun Global Gerejawi menampilkan pertunjukan langsung baik berupa lagu, puisi, drama, tarian, dan mendongeng dalam waktu 30 menit; sedangkan stan pameran menampilkan artefak barang dan berbagai aktivitas dari seluruh dunia.
Siaran langsung dari panggung akan diposting dalam Assembly Hub untuk dapat ditonton secara langsung waktunya atau di lain waktu. Sedangkan vlog (blog video) yang diunggah ke Hub akan berisi berbagai pengalaman dari GCV melalui wawancara dan penjelasan lain.
“Siapa pun dapat tampil: kami tidak mencari seseorang yang profesional,” kata Jessica Mondal. “Ini adalah suasana yang lebih santai, tempat untuk orang-orang dapat berbagi sesuatu dari tempat mereka berasal. Peserta akan menikmati saat tampil: dengar bahasaku, musikku, ceritaku; cicipi makananku dan sentuh kainku.”
Semua perserta on-site yang mendaftar dapat membawa sesuatu untuk dapat dibagikan tentang budaya mereka.
Barang-barang yang biasa ditampilkan dalam Temu Raya sebelum-sebelumnya adalah berupa: makanan ringan dan sesuatu yang unik akan budaya tersebut, pakaian dan perhiasan tradisional, bendera, peta, spanduk, poster, dan bagan yang menjelaskan sejarah dan hubungan Anabaptis-Mennonit, dan barang-barang yang berhubungan dengan liturgi lainnya.
Peserta dari Indonesia sedang mempersiapkan pameran yang berhubungan kopi. “Mungkin peserta dari Etiopia juga akan mengajari kita tentang kopi, dan yang dari Paraguay tentang terere/maté?” kata Jessica Mondal.
Dusun Global Gerejawi telah menjadi bagian dari Temu Raya sejak Temu Raya diselenggarakan di Kolkata pada tahun 1997, di mana saat itu Jessica Mondal masih remaja tetapi sudah terlibat dalam pelayanan sebagai salah satu sukarelawan di Temu Raya tersebut. Kenangan yang tak terlupakan bagi dirinya adalah saat mengikuti sesi pembuatan selimut (quilt): “Orang Amerika Utara memotong potongan-potongan kain untuk dapat dijahit bersama oleh para peserta di pondok GCV. Pada akhirnya, selimut itu terkenal dengan nama selimut HIV-AIDS yang beredar ke beberapa negara, dan meningkatkan kesadaran akan penyakit ini.”
Livestream dari panggung GCV (disiarkan dari siang hingga jam 17:30 waktu Semarang*) akan tersedia di Assembly Hub. Peserta online juga dapat mengikuti banyak permainan dan masuk dalam ruang chat.
Join the Conversation on Social Media
FacebookTwitterInstagramFlickrYouTube